I.1 Flotasi
I.1.1 Pengertian Flotasi
Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti
mengapung atau mengambang. Flotalasi dapat diartikan sebagai suatu pemisahan
suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan
sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat
hidrofilik tetap berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan
terikat pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan
membentuk buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum
flotation melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang terkandung
dalam cairan) dan gas (gelembung udara).
Flotasi merupakan suatu cara konsentrasi kimia fisika
untuk memisahkan mineral berharga dari yang tidak berharga, dengan mendasarkan
atas sifat permukaan mineral yaitu senang tidaknya terhadap udara.
Flotasi dilakukan dalam media air sehingga terdapat
tiga fase, yaitu :
1. Fase padat
1. Fase padat
2. Fase cair
3. Fase udara
Flotability adalah sifat kimia darimineral yaitu
kekuatan mengapung mineral yang tergantung pada senang tidaknya terhadap
udara. Terdapat dua macam jenis mineral, yaitu :
1. Polar, senang pada air (hydrofillic/aerophobic)
2. Non polar, senang pada udara (hydrophobic/aerofillic)
Dengan mendasarkan sifat mineral tersebut maka mineral yang
satu dengan lainnya dapat dipisahkan dengan gelembung udara.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam flotasi adalah :
1. Diameter partikel harus disesuaikan dengan butiran
mineral
2. Persen solid yang baik 25% - 45% (pryor), 15% - 30%
(gaudin)
3. Sudut kontak yang baik sekitar 60o – 90o, berarti usaha
adhesinya besar sehingga udara dapat menempel pada permukaan mineral yang
mengakibatkan mineral dapat mengapung. Sudut kontak merupakan sudut yan
dibentuk antara gelembung udara dengan mineral pada suatu titik singgung. Sudut
kontak mempengaruhi daya kontak antara bijih dengan gelembung udara. Untuk
melepaskan gelembung dan mineral dibutuhkan usaha adhesi (Wum).
4. pH Kritis
pH kritis merupakan pH larutan yang mempengaruhi konsentrasi
kolektor yang digunakan dalam pengapungan mineral. Pada gambar dibawah
menunjukkan hubungan antara konsentrasi sodium diethyl dithiophosphate dan pH
kritis. Mineral yang digunakan adalah pyrite, galena dan chalcophyrite.
Konsentrasi kolektor tersebut dapat mengapungkan chalcophyrite dari galena pada
pH 7 – 9, galena dari pyrite pada pH 4 – 6 dan chalcophyrite dari pyrite pada
pH 4 – 9.
Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah ukuran
partikel, pH larutan , surfaktan, dan bahan kimia yang lain, misalnya koagulan.
Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung untuk mengendap
sehingga susah untuk terflotasi. Sedangkan pH yang tinggi partkel cenderung
mengendap. Fungsi surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki
gugus polar dan gugus non polar sekaligus. Kolektor akan mengubah sifat
partikel dari hidrofil menjadi hidrofob. Sedangkan penambahan koagulan dapat
mengakibatkan ukuran partikel-partikel menjadi lebih besar. Factor lain yang
mempengaruhi flotasi adalah laju udara yang berfungsi sebagai pengikat partikel
yang memiliki sifat permukaan hidrofobik, persen padatan, untuk flotasi pada
partikel kasar dapat dilakukan dengan persen padatan yang besar demikian sebaliknya,
besar laju pengumpanan yang berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal.
Laju udara pembilasan yang berfungsi untuk mengalirkan konsentrrat ke dalam
lounder. Ketebalan lapisan buih dan ukuran gelembung udara juga mempengaruhi
flotasi.
I.1.2 Langkah-langkah Flotasi
1. Liberasi, analisis pendahuluan
Agar mineral terliberasi maka perlu dilakukan crushing atau
grinding yang diteruskan dengan pengayakan atau classifying. Ini dimaksudkan
agar ukuran butir mineral dapat seragam sehingga proses akan lebih sukses atau
berhasil. Analisis pendahuluan dilakukan dengan menggunakan mikroskop sehingga
dapat dilihat derajat liberasinya dan kadar dari mineral tersebut. Diupayakan
dalam tahap ini juga dilakukan desliming, sebab slime akan mengganggu proses
flotasi.
2. Conditioning
Yaitu membuat suatu pulp agar nantinya pulp tersebut dapat
langsung dilakukan flotasi. Preparasi ini sebaiknya disesuaikan dengan liberasi
dalam proses basah, maka conditioning juga harus dilakukan pada proses
basah.Pada tahap pengkondisian, reagent yang diberikan adalah modifier,
collector dan terakhir frother.
3. Proses flotasi
Proses ini ditandai dengan masuknya gelembung udara ke dalam
pulp.
I.1.3 Macam sel flotasi
Sel flotasi berfungsi untuk menerima pulp dan dilakukan
proses flotasi. Jenis sel mendasarkan atas pemasukan udara, adalah :
1. Agitation Cell
Alat ini jarang digunakan, sebab adanya perkembangan dengan
diketemukannya sub aeration cell. Udara masuk ke dalam cell flotasi karena
putaran pengaduk.
2. Sub Aeration Cell
udara masuk akibat hisapan putaran pengaduk. Alat ini paling
praktis sehingga banyak digunakan.
3. Pneumatic Cell
Alat ini jarang sekali yang menggunakan, udara langsung
dihembuskan ke dalam cell
4. Vacum and Pressure Cell
Udara masuk karena tangki dibuat vakum oleh pompa penghisap
dan udara dimasukkan oleh pompa injeksi.
5. Cascade Cell
Udara masuk karena jatuhnya mineral. Syarat cell adalah :
a. Pulp tidak mengandap (dilengkapi dengan alat agitasi)
b. Ada pengatur tinggi pulp
c. Ada daerah yang relatif tenang sehingga butiran yang
menempel gelembung udara mudah naik ke permukaan
d. Konstruksi dibuat sehingga tidak terjadi short circuit
e. Mempunyai resirkulasi dan pengeluaran middling
f. Harus mempunyai penerimaan pulp dan pengeluaran busa yang
menumpuk
g. Mempunyai permukaan bebas untuk gelembung-gelembng yang
sudah mengandung mineral, sehingga tidak mempengaruhi agitasi
h. Harus dilengkapi dengan pengeluaran froth.
Mekanisme dan Prinsip Dasar Flotasi
Flotasi adalah proses konsentrasi mineral berharga
berdasarkan perbedaan tegangan permukaan dari mineral didalam air (aqua) dengan
cara mengapungkan mineral ke permukaan.
Beberapa jenis partikel yang tercampur dapat dipisahkan
salah satu jenisnya dari campurannya atau bila memungkinkan dan dapat terpisah
keseluruhan jenis sehingga dapat terkonsentrasi dari tiap – tiap jenis.
Pemisahan dari partikel – partikel dalam flotasi ini ditunjukkan oleh penentuan
kontak antara tiga fasa, yaitu fasa partikel padat yang akan diapungkan,
larutan aqua elektrolit, dan gas ( biasanya dipakai udara ) hampir semua zat
anorganik dapat dibasahi oleh fasa aqua. Oleh karena iu langkah pertama dalam
flotasi adalah menggantikan sebagian dari antar fasa padat-cair menjadi antara
fasa padat-gas. Sebagian hasilnya didapat bahwa permukaan partikel akan menjadi
pobi air (hidropobik). Flotasi dari mineral – mineral umumnya dibagi atas dua
bagian yaitu :
- flotasi
mineral – mineral logam (metallic minerals) umumnya mineral – mineral
sulfida.
- fotasi
mineral – mineral bukan logam ( non metallic minerals ), meliputi logam –
logam oksida, silikat, sulfat, karbona, halit dan fosfat , juga felsfar,
garnet, muskovit, batu semen, fluosfar dan lain-lain.
Mekanisme flotasi didasarkan pada adanya pertikel mineral
yang dibasahi (hidropilik) dengan partikel mineral yang tidak dibasahi
(hidropobik). Partikel – partikel yang basah tidak mengapung dan cenderung
tetap berada dalam fasa air. Di lain pihak partikel – perikel hidropobik (tidak
dibasahi) menempel pada gelembung , naik ke permukaan, membentuk buih yang
membentuk partikel dan dipisahkan.
Secara garis besarnya pemisahan dengan cara flotasi
dilakukan dengan menggunakan 2 tahap : yaitu tahap conditioning dan tahap
pengapungan mineral (flotasi). Pada tahap conditioning bertujuan untuk membuat
suatu mineral tertentu bersifat hidropobik dan menpertahankan mineral lainnya
bersifat hidropilik. Pada tahap conditioning ini ini kedalam pulp dimasukkan
beberapa reagen flotasi. Sedangakan pada tahap flotasi atau aerasi adalah tahap
pengaliran udara kedalam pulp secara mekanis baik agitasi maupun injeksi udara.
A.
Reagen Flotasi
Agar proses flotasi dapat berlangsung maka diperlukan reagen
flotasi. Penggunaan reagen flotasi ini tidak dimaksudkan untuk mengubah sifat –
sifat kimia dari partikel tersebut tetapi hanya mengubah sifat permukaan dengan
menyerap ( adsorsi) reagen flotasi tersebut. Keberhasilan pemisahan mineral
secara flotasi ditentukan oleh ketepatan penentuan reagen kimia yang digunakan.
Secara garis besarnya reagen yang digunakan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
: kolektor, modifier dan frother.
I. Kolektor
Kolektor adalah
senyawa organic yang ditambahkan kedalam pulp untuk mengubah permukaan mineral
dari hidropilik menjadi hidropobik dengan proses penyerapan (adsorbsi).
Klasifikasi dari kolektor berdasarkan sifat ionnya, yaitu kationik dan anionic
umumnya kolektor dari golongan ini dipakai pada pekerjaan flotasi sulfide.
Tetapi ini juga memungkinkan dipakai dalam pekerjaan flotasi mineral non
sulfida . sedangkan kolektor kationic untuk flotasi non sulfide. Dalam
pemakaian harus diperhatikan mengenai jumlah kolektor. Kolektor yang digunakan
bila digunakan terlalu sedikit tidak dapat mengapungkan mineral secara
selektif, sedangkan bila terlalu banyak akan menghasilkan flotasi yang tidak
terlalu baik.
Contoh Kolektor : Xanthate
Asam oleik
Thiokarbanilid pemakaian : 25 – 100 g/t
2. Modifier
Modifier adalah reagen kimia yang
diperlukan dalam proses flotasi untuk mengintensifkan selektifitas dari
pekerjaan kolektor. Efek yang umum dihasilkan adalah menaikaan dan menurunkan
hidropobisitas dari suatu permukaan partikel tertentu. Jenis modifier ini
adalah PH regulator ( pengatur pH), activator, depresan dan dispersan.
pH regulartor adalah media yang digunakan untuk mengatur pH.
Pengaturan pH dari pulp ini dilakukan dengan penabahan kapur, sodium karbonat,
sodium hidroksida atau ammonium untuk menaikkannya dengan penambaahan sulfuric,
sulfuros tau asam klorida
Aktivator adalah suatu reagen yang digunakan dalam flotasi untuk meningkatkan
kerja dari kolektor pada permukaan partikel mineral. Ini berarti bahwa reagen
activator membantu untuk mengapungakan mineral pada saat proses flotasi.
Depresan juga merupakan reagen kimia yang dipakai untuk melemahkan kerja dari
kolektor terhadap permukaan partikel mineral dengan cara menyelimuti permukaan
partikel sehingga tidak menempel pada gelembung udara. Dengan kata lain
depresan adalah reagen flotasi yang membantu untuk menenggelamkan partikel
mineral.
Contoh Depresan : ZnSO4
untuk menekan ZnS
3. Frother
Frother (pembuih) akan terkonsentrasi pada antar muka udara dan air. Kehadiran
froter pada fasa cair pada larutan reagen kimia yang dipakai dalam flotasi
untuk membentuk buih atau busa. Reagen ini mempunyai permukaan yang aktif dan
biasanya pada flotasi berguna untuk meningkatkan gelembung udara dan
menolong supaya gelembung menyebar. Ini berarti memperbaiki kondisi penempelan
partikel mineral dan menaikaan stabilitas busa. Kontak
antar mineral udara dan air dikenal dengan kontak tiga fasa dan sudut yang
terbentuk antara mineral dengan antar muka udara-air yang diukur pada fasa air
disebut dengan sudut kontak. Sudut kontak = 0, berarti permukaan padatan
diselimuti air (hidropilik) dan sudut kontak = 1800 udara menutupi
padatan. Sudut kontak sering digunakan sebagai ukuran kehidropobikan permukaan
mineral.
Pemakaian frother pada proses flotasi sangat penting dilihat dari fungsinya
yaitu :
1. Frother mencegah perpaduan gelembung udara dan menjaga
kestabilan gelembung untuk selama periode waktu yang cukup lama.
2. Lapisan frother pada kulit gelembung udara menaikkan
ketahanan gelembung terhadap bermacam – macam ketahanan dari luar.
3. lapisan frother pada
gelembung mengurangi kecepatan gelembung didalam pulp, sehingga kontak
gelembung dengan mineral – mineral akan menimbulkan kondisi yang lebih baik
yang menguntungkan proses flotasi.
Beberapa karateristik Frother:
1. Suatu substansi organik.
2. Molekulnya heteropolar terdiri dari
satu atau lebih gugusan HC yang dihubungkan satu grup yang polar.
3. Kelarutannya tidak terlalu besar,
tidak terlalu kecil.
4. Tidak ter-ion.
5. Busa atau buih akan segera patah
detelah berpindah dari sell flotasi.
6. Mempunyai aktivitas kimia yang
lemah.
Contoh Frother :
MIBC = Methyl Isobutyl Carbinol
Minyak pinus (kayu putih)
Terpentin
Pemakaian : 5 – 100 g/t
B.
Flotasi Cell
Beberapa variabel yang mempengaruhi
hasil flotasi dengan menggunakan flotasi cell adalah kecepatan pengaliran
udara, gelas poros dari alat, densitas dari pulp, ukuran alat ( ketinggian
kolom dari dasar sampai permukaan pulp) dan kondisi dari pulp (PH, adsorbsi,
desorbsi). Dengan kondisi yang tertentu dari kecepatan aliran udara, ukuran
atau diameter bukaan (P = opening) dari gelas poros menghasilkan gelembung
udara dengan diameter yang kecil. Densitas dari pulp, volume dari pulp dan
ukuran alat juga merupakan faktor variabel yang penting. Jika densitasnya
terlalu tinggi, tabrakan antar partikel akan lebih besar dan kemungkinan
penempelan partikel-partikel yang mengapung harus diapungkan. Salah satu faktor
penentu dalam proses flotasi yang mempengaruhi kemampuan flotasi dari
mineral – mineral adalah mesin flotasi perbaikan dari perencanaan
impeller dan bentuk dari pada cell, dan beberapa harga parameter operasi
seperti kecepatan impeller/konsumsi udara dan tenaga, memegang peranan penting.
Setiap perusahaan mempunyai karakteristik tersendiri dalam merencanakan cell
ini. Sebagai contoh ratio kedalaman dan panjang dari tank, jumlah sudut – sudut
pada impeller dan ratio dari ketebalan impeller terhadap diameternya mempuinyai
harga – harga berlainan.. Flotasi cell (flotation cell) dan flotasi cell mikro
(mikro flotation cell) merupakan contoh dari jenis alat flotasi. Untuk
skala laboratorium alat flotasi yang digunakan adalah mikroself flotasi.
Gambaran skematis dari flotasion cell ditunjukan pada gambar berikut ini.
Gambar
Flotation Cell
Pada proses flotasi mineral berharga
bersama dengan reagen akan menempel pada gelembung udara naik kepermukaan
sedangkan sisanya berupa pasir halus dan air laut ini disebut dengan tailing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar